Selasa, 04 Januari 2011

Memperawani tubuh Amante lelaki Filipino yang atletis

Meskipun kulit tubuhku campuran kuning-Cina dan cokelat-Melayu tapi mindset-ku adalah bule, sebab aku dibesarkan di lingkungan budaya keluarga Eropa.
Nenek moyangku adalah orang Spanyol yang datang ke Asia untuk menyebarkan agama Katholik Roma. Tentu saja yang menyebarkan agama adalah para Imam [Pastor dan Rohaniwan].Nenek moyangku adalah para pengawal Bapa-Bapa Gereja itu.Mereka adalah para prajurit dan pelaut Spanyol, anak buah Ratu Isabella.

Pasca Perang Dunia II,ketika penjajah kulit putih angkat kaki dari Asia,keluargaku memilih bermukim di Singapura[yang saat itu masih merupakan koloni Inggris yang disebut "Singapore and Malaya"].

Dengan latar belakang lahir,besar dan sekolah di Singapura maka yang tinggal dalam diriku adalah egoisme,ego-centrisme dan kosmpolitanisme budaya Cina.Itulah sebabnya aku pindah ke Amerika. Tidak ada ikatan batinku dengan Singapura,karena memang di Singapura tidak ada nasionalisme. Tidak pula aku punya ikatan dengan budaya Cina dan Melayu, karena pendidikan di Singapura bergaya Inggris dan Internasional.

Dengan latar belakang seperti itu tentulah dapat dimengerti mengapa aku sama sekali tidak punya simpati, empati, atau pun ikatan batin dengan negeri tempatku bekerja : Timor Leste.Tetapi hal seperti ini lazim dirasakan oleh semua orang yang bekerja di badan-badan PBB [UN - United Nations] di Timor Leste.

Hubungan dan komunikasi dengan rakyat-jelata di Timor Leste terputus oleh hambatan orang Indo-Portugis dan orang Timor pelarian dari Angola, Mozambik,Macau,Portugal-Metropole,yang pulang ke Timor Leste untuk kemudian menjadi orang-orang berkuasa di Timor Leste dan mengisi kuota atau jatah orang Timor Leste yang bekerja di lembaga donor, badan PBB[UN Bodies and Entities]],lembaga swadaya masyarakat[NGO], organisasi internasional lainnya di Timor Leste. Motto atau semboyan kami yang bekerja di organisasi/lembaga sialan itu adalah "We work for ourselves and the money shall come back to our pocket".Artinya "Kita kerja buat kita sendiri, duitnya juga harus balik ke kantong kita sendiri".

Itulah sebabnya semua kegiatan badan donor,badan PBB dan organisasi internasional, di Timor Leste selalu berupa rapat, pertemuan, dan "pelatihan" yang dilakukan selama berjam-jam karena semua pembicaraan harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris[untuk orang asing],bahasa Portugis [untuk orang Indo-Portugis dan kaum pelarian], bahasa Indonesia [untuk orang Timor yang terpelajar],dan bahasa Tetun atau Tetum [hanya sebagai basa-basi, karena tak ada yang menggunakan bahasa tersebut di kantor-kantor].

"Pelatihan" tidak pernah ada manfaatnya, karena peserta pelatihan itu adalah orang-orang Timor yang sama dan mereka tidak tertarik untuk bekerja apalagi belajar di "pelatihan".Mereka lebih suka menerima uang saja - tanpa harus bekerja. Orang yang dilatih itu-itu saja karena jumlah pegawai pemerintah Timor Leste sangat sedikit.

Kualitas pendidikan di Timor Leste juga sangat buruk karena pada masa Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia, murid-murid sekolah [bersama orang-tua mereka]sudah biasa mengancam, memukuli, dan menteror guru-guru agar mereka dapat angka yang baik meskipun mereka bodoh.

Kegiatan-kegiatan tidak berguna dan sia-sia itu memakan biaya besar untuk transport dan akomodasi dan uangnya pasti kembali ke para pejabat, staf, dan pegawai organisasi internasional itu sendiri, yang 99% terdiri dari orang asing.Karena kegiatan tersebut memang tidak ada manfaatnya untuk rakyat jelata Timor Leste dan mereka tetap bodoh, miskin dan terkebelakang.

AMANTE COWOK PILIPINO

Anak buahku di Kantor Perwakilan [Representative] di Dili, Timor Leste,ada beberapa orang, terdiri dari berbagai bangsa. Salah seorang di antaranya adalah seorang cowok asal Filipina [Filipino atau Pilipino] yang bernama : Amante. Tentu saja aku tidak akan menyebutkan nama keluarga[family name atau surname]Amante - dalam cerita cabul ini.Itu tidak etis!

Waktu cerita cabul ini ditulis, Amante baru saja bergabung. Meskipun organisasi tempatku bekerja adalah badan PBB [UN Body and Entity],tetapi KKN [Korupsi,Kolusi,Nepotisme] tetap saja merajalela. Sama seperti yang dilakukan oleh Ahmadou Mohtar Mbow waktu menjabat Direktur Jenderal UNESCO dulu dan seperti yang dilakukan Paul Wolfowitz ketika dia jadi Presiden Bank Dunia.

Ayah atau paman Amante juga bekerja di organisasi itu.Oleh karena itu waktu ada lowongan,yang masuk dan diterima adalah kenalan dan keluarga orang dalam juga, termasuk Amante.

Amante masih muda. Umurnya 24 tahun. Entah dia tamatan sekolah apa. Di jajaran organisasi PBB memang pendidikan tidak penting. Asal bisa salah satu bahasa PBB[Inggris, Perancis, Spanyol, Arab, Rusia atau Cina], bisa baca-tulis,punya kenalan orang dalam, dan asalkan ada lowongan,pasti bisa diterima.

Walaupun sudah berumur 24 tahun, bertubuh ketat dan atletis,tapi Amante imut-imut dan ignorant. Seperti umumnya orang Filipina, Amante juga blak-blakkan,spontan,dan terbuka.Dia juga suka sekali mencari pengalaman baru dalam hidupnya.Termasuk mengexplorasi berbagai tehnik dan aktifitas sex!

Amante minta aku mengajari dan melatihnya karate, dan aku tidak keberatan.Kebetulan selama di San Francisco aku juga pelatih karate dan bela diri [martial arts] bagi sekumpulan cowok gay. Mereka ikut latihan gratis.Sebagai kompensasi atau balas -jasa, mereka menawari aku untuk menikmati tubuh dan pejuhnya.Kalau cowoknya ganteng, atletis dan bersih dari AIDS dan Narkoba,kontolnya sunat dan badannya tidak ber-tatoo,biasanya tawaran itu aku terima.Tentu saja di San Francisco,jarang sekali ada cowok gay yang bersih!Apa lagi yang tubuhnya tidak ber-tatoo.

MELATIH AMANTE JURUS-JURUS KARATE

Agar aku bisa dengan leluasa memandangi tubuh Amante yang atletis,maka aku selalu mengajaknya latihan bertelanjang dada - dengan mengenakan celana karate.

Bahkan untuk melatih jurus-jurus tertentu kadang-kadang aku juga mengajaknya latihan berdua hanya mengenakan kancut saja. Sebagsi murid yang baik Amante tak pernah membantah dan selalu mengikuti apa yang saja yang aku suruh.Karena aku dianggap sebagai "sensei" atau gurunya.

Tubuh Amane memang berotot indah dan memukau.Dia sudah melakukan latihan-fisik dan latihan beban intens sejak umur tujuh-belas tahun. Tidak heran jika pada umur 24 tahun tubuhnya sudah "jadi".

Dadanya indah menonjol ke depan. Di tengah bukit dadanya agak ke bawah, tertancap dua puting susu yang ketat, tegang dan melenting. Perutnya rata, tetapi dihiasi tonjolan otot yang membentuk six-packs. Lengan dan tungkainya kekar dan atletis. Bisepsnya teramat indah. Amante juga berdarah Eurasia [Filipino-Spanyol],karena itu kulit tubuh -nya putih-bersih.Seperti umumnya cowok Filipino, Amante juga bangga dengan bulu-ketek,jembut, dan ukuran kontolnya yang besar.Ukuran kontol Amante tak kalah dengan ukuran kontol seorang pengusaha berinisial RG yang dulu punya banyak Toko [Pasar] Swalayan di Jakarta.

Bulu ketek Amante lebat dan berwarna hitam.Tampak kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Bulu ketek Amante enak dan nikmat dilihat,jantan,dan serasi dengan wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang ketat-berotot! Hamparan jembutnya juga luas dan berwarna hitam, "matching" dengan kontolnya yang besar dan ukuran biji pelernya yang serasi [proporsional] dengan ukuran kontolnya itu!

Aku suka melihat Amante mengenakan penutup minim [maximum exposure],nyaris telanjang-bulat! Setiap kali selesai latihan karate aku mengajaknya mandi berdua: telanjang bulat! Selesai mandi kami tidak langsung berpakaian melainkan ngobrol berdua ber-telanjang bulat.

Suatu kali selesai mandi waktu kami berdua masih telanjang bulat, sambil mengeringkan badan, kami mendiskusikan tentang sunat.Amante menunjukkan kontolnya yang besar, disunat ketat, amat indah, jantan, dan merangsang!Amante menceritakan bahwa sesuai tradisi keluarganya, dia disunat dengan tehnik tradisonil["pagtutuli"] di kampungnya oleh tukang sunat kampung. Tentu saja tanpa anesthesi dan tanpa antiseptik. Kata Amante sakitnya bukan main,tapi untungnya dia tidak pingsan dan tidak kena infeksi.Waktu itu Amante baru berumur tujuh atau delapan tahun dan dia bukan disunat secara sukarela,tetapi dipaksa dan diseret ke tukang sunat kampung oleh beberapa lelaki dari anggota keluarganya!

Tanpa ragu dan malu-malu,Amante juga pernah ber- cerita padaku pada umur berapa jembutnya dan bulu-keteknya mulai tumbuh. Juga kapan dia mulai keluar pejuh.Pendeknya Amante kuanggap amat PD = Percaya Diri, tidak pernah malu-malu.Maklum lah dia cowok Pilipino.

MEMPERAWANI TUBUH AMANTE

Agar Amante tidak kesepian,maka setiap aku pergi ke luar negeri untuk mengisi week end [apakah ke Denpasar,Surabaya,Yogya,Jakarta,Singapura, Kuala Lumpur atau Bangkok],aku sering mengajak Amante. Tentu saja Amante membayar sendiri tiket pesawat-nya, sedangkan untuk akomodasi,Amante bisa tidur sekamar denganku.

Aku mengajari Amante agar dia membiasakan untuk tidur bertelanjang bulat!Untuk memelihara kelaki-lakiannya dan "potensi produksi pejuh" di dalam biji-pelernya.

Suatu kali,waktu akan tidur malam,dan kami berdua sudah telanjang bulat, Amante aku peluk dan aku ciumi bibir dan lehernya. Kemudian ludahnya aku sedot sambil tanganku tak putus-putusnya meraba- raba kedua puting susunya,ketiak,dan kontolnya.

Rupanya Amante amat menikmati kegiatan cabul itu. Sehingga aku lanjutkan dengan kegiatanku mengisap kontolnya yang besar dan sudah disunat ketat itu.

Mula-mula ujung kontolnya aku jilat-jilat.Amante merasa amat keenakan.Kemudian aku mulai mengulum dan mengocok kontolnya.Sekali-sekali puting susu nya aku rangsang, tubuhnya aku raba-raba. Tampak bahwa Amante merasa amat keenakan dan kenikmatan!Dia biarkan saja tubuhnya aku rangsang dan aku nikmati.

Ketika kontolnya aku jilat-isap,aku juga menyodok lobang pantatnya [silit] dengan jari telunjukku. Sehingga Amante terlonjak-lonjak!Sakit bercampur nikmat!Akhirnya Amante tidak tahan lagi, karena dirangsang seperti itu! Kontolnya tampak makin mengencang, mengencang,dan makin tegang! Kepala kontolnya [glans penis] memerah-ungu-berkilat. Lobang kencingnya menganga seperti mulut ikan Maskoki dan Amante tampak mulai gelisah! Tubuh-nya mengejang dan tiba-tiba saja: CROOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOT!

Pejuh cowok Pilipino itu muncrat keluar meloncat-loncat, keluar dari lobang kencingnya ke udara. Jaraknya cukup jauh dan volume pejuhnya banyak. Hal ini menunjukkan bahwa secara "fisik, kontol, dan biji-peler",Amante memang seorang laki-laki sejati [real man]. Pada kesempatan week end berikutnya,di Denpasar, aku juga memberikan "contoh" bagaimana rasanya jika boolnya aku sodomi.Aku menyodok-nyodok silit Amante dengan kontolku sambil tanganku sibuk dan tidak putus-putusnya mengocok kontolnya dengan tanganku sampai akhirnya pejuh Amante toh muncrat juga : CROOOOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOT!

Amante masih saja tidak keberatan. Itulah pertama kalinya Amante merasakan disodomi, setelah week end sebelumnya kontolnya aku isap-isap sampai pejuhnya muncrat-keluar!

EPILOG

Sebetulnya, pada week end berikutnya aku ingin menghajar tubuh Amante dengan cemeti. Agar dia juga bisa merasakan bagaimana jika tubuhnya aku jadikan sasaran pelampiasan nafsu sadis. Tetapi tiba-tiba Amante harus pulang ke Manila, karena ibunya kena serangan jantung.

Ternyata kemudian ibu Amante meninggal dunia dan Amante tidak kembali ke Dili. Dalam salah satu e-mailnya kepadaku,Amante mengatakan bahwa dia akan melanjutkan sekolah ke Amerika Serikat.Amante mau mengambil Master Degree kemudian Doctorate Degree di bidang hukum. Sejak itu pula aku tidak pernah kontak lagi dengan Amante.Karena e-mailku pun tak pernah dibalas.Apakah di Amerika Amante kemudian mempraktekkan "ilmu" cabul yang aku ajarkan pada-nya? Wallahu'alam bissawab!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar